Kontrak Sihir

Bocah kecil bermata kelabu itu termenung menatap sang langit yang kini mulai berubah menjadi serupa dengan warna matanya. Punggung kurusnya bersandar di sebuah batang pohon yang kokoh, sementara sebelah kakinya menggantung di tepian tebing. Pikiran bocah kecil itu membayangkan kembali semua hal yang terjadi di masa lalunya. Penyesalan terlihat di ekspresi wajahnya yang rupawan. Dia yang dinamakan serupa dengan dewa Yunani merasa kecewa karena ketidakmampuannya mengubah masa lalu. Namun, masa depan ada dalam genggamannya.

Sebuah badai dadakan tiba-tiba menghempas tubuh kurusnya. Tanpa sempat berpegangan, Zeus itu terlempar jatuh dari tepian tebing tempatnya duduk. Ditutupnya rapat-rapat kedua kelopak matanya, pasrah.

Tak ada yang terjadi.

Tak ada rasa sakit yang menyusul di tubuhnya ataupun bunyi tulang retak.

Bocah kecil itu membuka kelopak matanya, kedua permata kelabunya kini menangkap satu sosok renta duduk di meja usang dalam sebuah ruangan. Zeus menatap ke sekelilingnya dengan heran, entah sejak kapan dia ada di ruangan asing itu. Sebuah keanehan yang menggelitik nalurinya untuk mencari tahu. Perlahan, dihampirinya meja usang tempat sosok renta itu duduk—tampak membuai seekor burung berwarna merah yang cantik. Tiba-tiba, sosok renta itu berbicara dengan suara yang terdengar begitu jauh namun dapat terdengar dengan jelas di telinga Zeus.

“Kalian adalah orang-orang terpilih dan ini adalah sekolah terbaik untuk kalian. Tidak sulit untuk bertahan dan belajar di sekolah ini, hanya butuh keteguhan dan ketekunan hati. Jadilah diri kalian apa adanya dan nikmatilah semua hal yang terjadi pada masa penempuhan pendidikan kalian tersebut. Jadilah seorang penyihir yang memiliki value dalam hidup dan bukan penyihir yang hanya memiliki value dalam nilai akademis. Satu hal yang perlu kalian ingat adalah, penyebab kegagalan dalam hidup bukanlah berasal dari orang lain atau situasi, tetapi diri kalian sendiri. Berhasil tidaknya kalian, semua tergantung pada diri kalian sendiri.”

Dan kini, sebuah piala transparan keemasan muncul tiba-tiba di atas sebuah meja kecil dan tepat di sebelahnya ada sebuah perkamen kecoklatan—kosong dan polos. Sebuah dorongan kuat timbul dalam benak Zeus untuk menghampiri meja tersebut dan menulis di atas perkamen itu. Dengan segera diambilnya pena bulu yang tersedia disana lalu menggoreskan sesuatu di atas perkamen tersebut.

Kontrak Sihir


Sepenuhnya mengerti dan akan mematuhi peraturan yang ada.

Zeus Pierre

Well, it must be a dream.

0 komentar:

Posting Komentar